Berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 33 Tahun 2009, Hari Batik Nasional diperingati pada tanggal 2 Oktober setiap tahunnya. Keppres ini merupakan tindak lanjut dari pengakuan batik sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO. Sayangnya, ekspor Batik sepanjang tahun 2024 masih mengalami kontraksi.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, tahun ini menjadi tahun yang cukup sulit bagi industri tekstil dan pakaian jadi nasional, lantaran permintaan di pasar global yang memang kini tengah melemah. Alhasil, kinerja ekspor industri tekstil dan pakaian jadi mengalami kontraksi berturut-turut hingga triwulan II-2024.
“Sehingga kinerja ekspor industri tekstil dan pakaian jadi pada triwulan kedua 2024 mengalami kontraksi berturut-turut sebesar 5,56% dan 4,12% year on year (yoy), ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kontraksi ini juga terjadi pada ekspor industri batik yang mengalami kontraksi sebesar 8,29% dibandingkan dengan tahun sebelumnya tahun 2023,” kata Agus dalam acara peringatan Hari Batik Nasional (HBN) ke-15 Tahun 2024 di Jakarta, Rabu (2/10/2024).
Menurutnya, sub-sektor industri tekstil dan pakaian jadi mempunyai peranan penting bagi perekonomian nasional. Pada triwulan II-2024, industri tekstil dan pakaian jadi berkontribusi sebesar 5,72% terhadap PDB Industri Pengolahan Non Migas.
Sementara itu, kinerja ekspor industri tekstil dan pakaian jadi pada triwulan II-2024 masih cukup baik, senilai US$1,77 miliar dan industri batik pun turut memberikan kontribusi terhadap ekspor TPT dengan nilai US$8,33 juta atau sekitar Rp127.068.319.000 (kurs Rp15.254/ US$) pada periode yang sama.
“Saya ingatkan, US$8,33 juta ini merupakan angka yang menurut pandangan saya belum optimal. Belum maksimal, masih banyak peluang, peluang yang bisa kita manfaatkan untuk UMKM, mengisi pasar-pasar ekspor dari batik nasional,” ujarnya.
Di sisi lain, belakangan ini Agus melihat adanya tren menggunakan batik dalam kehidupan sehari-hari para generasi muda Indonesia. Karena itu, dia optimis masa depan industri batik kedepannya bisa jauh lebih baik, khususnya di pasar dalam negeri.
Dalam upaya mendukung hal tersebut, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bersama Yayasan Batik Nasional, serta mitra-mitra terkait melakukan sejumlah beberapa program, mulai dari focus group discussion (FGD), program penumbuhan wirausaha baru, program fasilitasi indikasi geografis, pendampingan teknis produksi, hingga memberikan fasilitas mesin dan peralatan bagi pembatik.
Pada tahun ini, Kemenperin tengah fokus pada Batik Tulis Gedog Tuban. Agus berharap dengan momentum ini dapat mengangkat perekonomian masyarakat lokal, termasuk masyarakat di Tuban.
“Kami mengangkat Batik Complongan Indramayu sebagai tema pameran gelar batik nasional tahun 2023, dan alhamdulillah dampaknya cukup baik, signifikan bagi perekonomian masyarakat setempat, dan dapat meningkatkan awareness terhadap konsumen bagi batik Complongan Indramayu. Tentunya dampak yang sama kami harapkan dapat dirasakan oleh masyarakat Tuban melalui batik tulis Gedog Tuban tahun ini,” pungkasnya.