Ponsel lipat terbaru Huawei dijual di China mulai hari ini, Jumat (20/9). Namun ternyata banyak konsumen yang kecewa karena ponsel seharga US$2.800 (Rp 42 juta) itu tidak tersedia bagi pelanggan yang datang langsung ke toko.
Di toko utama Huawei di kota Shenzhen, konsumen mengatakan mereka kesal setelah diberi tahu bahwa hanya konsumen yang sudah pre-order saja yang dapat membeli Mate XT baru.
“Saya sudah di sini sejak pukul 10 malam tadi karena ponsel lipat tiga ini adalah yang pertama dan saya senang dapat mendukung negara kami,” kata seorang mahasiswa bermarga Ye, dikutip dari Reuters, Jumat (20/9/2024). “Tapi ini sangat mengecewakan. Mereka seharusnya menjelaskan bahwa kami tidak dapat membeli langsung,” imbuhnya.
Konsumen lain mengatakan sampai harus mengambil cuti sehari untuk mengantre membeli Huawei Mate XT baru mulai Kamis malam.
“Mereka tidak menjelaskan dengan jelas bahwa tidak ada ponsel [yang bisa langsung dibeli]. Ini mengecewakan,” ujarnya.
Kisah serupa juga terjadi di toko Huawei Wangfujing di Beijing, di mana konsumen diberi tahu bahwa hanya mereka yang sudah dikonfirmasi pre-order yang dapat membeli ponsel tersebut.
Kekecewaan itu muncul setelah analis memperingatkan bahwa kendala rantai pasokan dapat membuat banyak calon pembeli Mate XT tidak mendapatkan apa-apa.
Huawei tidak mengatakan berapa banyak ponsel yang telah diproduksi sejauh ini atau berapa banyak pelanggan yang akan menerima Mate XT pada hari peluncuran.
Peluncuran Mate XT, yang menurut para analis memiliki chipset buatan lokal, menunjukkan kemampuan Huawei untuk menghadapi sanksi AS meskipun kemampuan perusahaan untuk memproduksi secara massal masih menjadi sebuah catatan.
Laporan IDC mencatat, Mate XT sudah dipesan sebanyak 6,5 juta unit saat masa pre-order, hampir dua kali lipat dari sekitar 3,9 juta ponsel pintar lipat yang dikirimkan ke seluruh dunia pada kuartal kedua tahun ini.
Sementara analis senior di Isaiah Research Lori Chang menyebut, berdasarkan pemeriksaan komponen utama Huawei Mate XT, termasuk panel, kaca penutup, dan engsel, kemungkinan tengah menghadapi masalah hasil produksi.