Pemerintah disarankan tetap ambil sikap strategis soal tarif AS

Pemerintah disarankan tetap ambil sikap strategis soal tarif AS

Pemerintah disarankan untuk tetap mengambil sikap strategis dalam kesepakatan tarif impor Amerika Serikat (AS) untuk menjaga posisi tawar Indonesia.

“Kita bisa tetap menjaga hubungan baik dengan AS, tanpa harus kehilangan posisi tawar,” kata pengamat hubungan internasional dan investasi Zenzia Sianica Ihza dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, dengan nilai komitmen yang diberikan Indonesia untuk pembelian produk dan energi AS, Indonesia masih memiliki ruang negosiasi untuk mendapatkan kesepakatan yang lebih baik.

Ia mengamini penurunan tarif itu jika dikelola dengan baik akan punya dampak positif terhadap iklim investasi. Sedikitnya, ada 10 sektor yang akan terdorong, mulai dari tekstil, alas kaki, furnitur, elektronik, hingga karet dan minyak sawit.

“Dibanding negara negara ASEAN lainnya, tarif 19 persen itu membuat kita lebih kompetitif. Kita terkecil dibanding Vietnam dan Filipina yang masih dikenakan tarif 20 persen, Malaysia 25 persen, dan Thailand hingga 36 persen,” tambahnya.

Namun, pembebasan tarif untuk produk asal AS berisiko menciptakan gelombang barang murah yang bisa menekan pelaku usaha dalam negeri.

Sejumlah lembaga riset menunjukkan terdapat dua risiko yang mungkin timbul dari tarif nol persen untuk produk AS. Pertama, dari sisi pendapatan negara dan selanjutnya seputar ketahanan industri nasional. Kedua, kemungkinan munculnya deindustrialisasi dini.

Zenzia pun menyoroti sikap Presiden AS Donald Trump yang perlu disikapi secara hati-hati.

Untuk itu, ia berpendapat kesepakatan dagang dengan AS perlu dibarengi dengan klausul yang melindungi industri nasional, termasuk dari efek banjir barang impor.

Ia mengatakan masih masih ada waktu untuk memperbaiki kesepakatan dagang dengan AS.

Diberitakan sebelumnya, Pemerintah Indonesia terus melanjutkan proses negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) untuk menekan tarif impor sejumlah komoditas strategis nasional di bawah 19 persen hingga 0 persen.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, sejumlah produk yang sedang diajukan dalam negosiasi tarif tersebut mencakup komoditas sumber daya alam yang tidak dapat diproduksi oleh AS.

“Produk-produk itu antara lain kelapa sawit, kopi, kakao, produk agro, dan juga produk mineral lainnya termasuk juga komponen pesawat terbang dan juga komponen daripada produk industri di kawasan industri tertentu seperti di free trade zone,” ujar Airlangga dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, meski saat ini AS telah menerapkan tarif impor 19 persen terhadap produk asal Indonesia, masih terdapat ruang negosiasi untuk penurunan tarif terhadap sejumlah produk yang dinilai strategis dan tidak bersaing langsung dengan industri domestik AS.

Airlangga mengungkapkan bahwa AS juga memperhatikan perlakuan tarif dari mitra dagang lain seperti Uni Eropa, yang melalui perjanjian Indonesia—European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) telah memberikan tarif 0 persen untuk minyak kelapa sawit mentah (CPO) asal Indonesia.